Main
cast:
Lee
Ji Eun
Lee
Seung Gi
Lee
Min Ho
Kim
Han Bi (Ji Eun’s mom)
Park
Shin Hye
Woohyun Infinite
Myungsoo Infinite
Myungsoo Infinite
Jung
Ha Mi (OC)
Lee
Eun Bi (OC)
Author
POV:
Ji
Eun menatap salib dan tanah itu secara bergantian. Linangan air mata penyesalan
membanjiri pipi halusnya. Ia meraba tiang salib yang bertuliskan nama oppanya “oppa...mianhae
hiks...” katanya sendu, penuh penyesalan “aku tahu aku yang salah. Aku tahu aku
yang berdosa oppa. Mianhae hiks...seandainya saat-saat itu aku bisa bersikap
lebih baik, seandainya aku bisa menyayangimu ini semua pasti tidak akan
terjadi, aku menyesal oppa hiks...” kemudian ia menerawang:
Ji
Eun POV:
Flash
back:
Ting...tong...ting...tong...
“Ne, chamkkan manyo” kata eomma saat hendak membukakan
pintunya untukku. Aku sudah tidak sabar lagi untuk memberitahu ini kepada eomma
“nug...”
“eomma...” aku langsung saja memeluk eomma tanpa memberinya
kesempatan untuk melanjutkan kalimatnya. Aku benar-benar dikuasai perasaan bahagia.
Air mata kebahagiaan berdesakkan di pelupuk mataku dan aku tak dapat menahannya
lagi “gomawo untuk dukungannya eomma” eomma menatapku kebingungan “waeyo chagi?”
“eomma apakah kau tahu? Aku diterima di sekolah itu” kembali
aku dan eomma berpelukan “oh ne? chukkae! ” lalu seorang namja culun yang tak
lain adalah oppa ku, Lee Seung Gi ikut tersenyum bahagia dan bertepuk tangan
untukku “chu...chukkae dongsaeng. Dae...daebak” seketika senyumku pudar ‘cih,
kenapa namja pabo ini tiba-tiba disini? Merusak mood ku saja’ batinku kesal.
Aku memang sangat membenci oppa ku ini. Kau tahu kenapa? Karena wajah bodohnya
dan penampilanku yang culun itulah yang selalu membuatku dipermalukan
teman-temanku. Tapi untung saja dia tak terlalu merepotkanku karena dia bisa
makan sendiri, mandi sendiri dan bermain sendiri tanpa harus aku temani. Ah,
sudahlah. Aku tak ingin membahasnya lagi. Lagi pula sekarang aku bukan lagi
anak sekolah dasar. Aku sekarang adalah anak sekolah menengah, aku yakin tidak
akan ada lagi anak-anak yang mencibirku hanya karena aku memiliki oppa seperti
dia.
Author POV:
½ tahun kemudian:
Pagi ini aku berangkat sekolah bersama appa , eomma dan ‘oppa
ku’. Dan sesampainya disana...
“siapa namja itu? Ck...culun sekali hihihi...” Ha Mi tertawa
mengejek
“Ha Mi, apakah kau? Dia itu oppa nya Ji Eun”
“Jinjayo Shin Hye ah? hahahaha.....”
“menjijikan” celetuk Eun Bi
Seluruh siswa dan siswi di Sekolah itu menatap Ji Eun dengan
tatapan mengejek. Ji Eun masih belum mengerti kenapa mereka menatapnya seperti
itu. Mereka semua mendekati Ji Eun, membuat Ji Eun semakin tidak mengerti akan
sikap mereka ini. Dengan sedikit gugup, Ji Eun memberanikan diri untuk bertanya
“wae? Neo huideureun mwohanya?” Shin Hye mendekati Ji Eun dan memasukkan kedua
tangannya dalam saku jasnya “Ji Eun-ssi, apakah itu kakakmu, eum?”
“w...wae?” kini giliran Ha Mi dan Eun Bi yang maju “jelek
sekali dia” celetuk Eun Bi kembali “pantas saja adiknya juga jelek” kemudian Ha
Mi menjatuhkan tubuh Ji Eun hingga seragamnya kotor.
Semua seisi sekolah ini tertawa seakan-akan mereka sedang
menonton acara komedi. Mereka semua pergi meninggalkan Ji Eun yang merasa
sakit. Tak ada satu pun siswa maupun siswi yang menolongnya hingga Ji Eun harus
berdiri dengan susah payah dan membersihkan seragamnya dengan tangannya
sendiri. Dalam hatinya terbersit rasa benci kepada Seung Gi ‘aku membencimu
oppa. Karena kau, aku menjadi seperti ini!’
TEEETTT...TEEETTT....
Bel sekolah pun berbunyi. Seluruh siswa menghentikan
aktifitas-aktifitas mereka. Ji Eun masih merasa sakit akibat dorongan dari Eun
Bi yang membuatnya terjatuh, sehingga ia harus berjalan dengan menahan rasa
sakit dibagian belakangnya itu sampai di kelasnya.
5 menit kemudian...
Jang songsaengnim guru matematika di kelas itu menyuruh
seluruh siswa siswinya untuk membuka buku pelajarannya. Ia menjelaskan panjang
lebar tentang aljabar yang membuat seluruh muridnya bosan, mengantuk, bahkan
ada sebagian yang tertidur “baiklah, sekarang saya ingin menguji pemahaman
kalian. Saya akan menunjuk kalian satu persatu untuk mengerjakan soal ini”
kalimat itu sukses membuat seluruh siswanya kembali bersemangat, tetapi juga
merasa tegang “Lee Ji Eun” bagaikan mendengar suara petir yang menggelegar, Ji
Eun sangat kaget ketika mendengar namanya dipanggil untuk menyelesaikan soal
aljabar itu ‘hhh...kenapa harus aku?’ sesalnya dalam hati
“ayo Lee Ji Eun, apa yang kau tunggu huh? Apakah kau menunggu
bel pulang berakhir baru kau akan mengerjakannya huh?”
“n...ne songsaengnim” dengan sedikit gugup ia melangkahkan
kakinya menuju whiteboard. Ji Eun meyakinkan dirinya ‘aku pasti bisa’. Namun
sayangnya, kenyataan berkata lain. Soal yang ia kerjakan sangat sulit, ia tidak
bisa mengerjakannya ‘oh...eotteokkae?” ia lalu mengulangi jawabannya itu dan
berusaha menemukan jawaban yang benar, namun sia-sia saja, ia tetap saja tak
menemukan jawaban yang benar. Ia tidak tahu mengapa ini bisa terjadi padanya
“eotteokkae Ji Eun-ssi, apakah kau merasa kesulitan? Kalau begitu saya tunjuk
Park Shin Hye! Kerjakan soal ini!”
“ne sonsaengnim” Shin Hye dengan mantapnya maju ke depan dan
mengambil spidol dari tangan Ji Eun. Ia menyunggingkan senyum smirknya kepada
Ji Eun “pabo!”.
“mengerjakan soal seperti itu saja tidak bisa, dasar anak
idiot sama seperti oppa nya yang idiot itu!”
“dasar keluarga idiot!” kembali Eun Bi berceletuk ria dan
disambut tertawaan dari murid-murid yang lain. Ji Eun menatap mereka penuh
amarah. Air matanya kembali menghiasi mata beningnya itu. Perasaan kecewa,
sakit, dan marah hinggap di hatinya saat ini. Ia ingin sekali melampiaskan rasa
marahnya kepada mereka. Seandainya tak ada sonsaengnim di sini, ia akan
mengangkat meja dan kursi lalu melemparkannya ke arah mereka hingga mereka
mengeluarkan darah dan merasa sakit karenanya. Guru Jang yang merasa iba dengan
apa yang dialami Ji Eun, berusaha mendiamkan mereka semua “joyonghi haseyo!
(tolong diam!). Ji Eun, kembalilah ke tempat dudukmu” dengan penuh rasa sopan
Ji Eun membungkukkan badannya dan berjalan menuju tempat duduknya.
Author POVV end
Ji Eun POV:
Saat bel istirahat berbunyi, aku pun menuju kantin sendirian,
tanpa seorang teman. Aku duduk disebuah bangku kantin yag berisikan 3 kursi.
Aku duduk lalu memesan makanan kepada seorang ibu kantin “tolong buatkan aku
semangkuk ramyeon” ia membungkuk padaku “baiklah nona”.
“ini nona” ia menyodorkan semangkuk ramyeon itu padaku “gomawo
ajumma” kemudian ia meninggalkanku dan melanjutkan kegiatan memasaknya kembali.
Ketika aku sedang menyantap ramyeon itu dengan nikmat, tiba-tiba...
BRAKKKK....!!!! Tiga orang yeoja yang sangat ku benci itu
berdiri didepan meja ku. Semua murid menatap ke arah kami “mau apa kalian?”
tanyaku penuh emosi.
“na ga! kau idiot!”
“wae? Aku sedang makan disini”
“kau dilarang makan disini” Shin Hye menatapku tajam “wae?
Apakah ini meja kalian? Bukan!”
“berani sekali kau kepada kami!” Shin Hye mendorong tubuhku
keras hingga aku terjatuh kesakitan “aww...appo! ” Ha Mi lalu menyiramkan
ramyeon yang belum selesai ku santap itu ke tubuhku “Ha Mi ya! panas...!!!”
“panaskah?” tanya Ha Mi yang pura-pura polos “itulah yang
pantas kau terima, IDIOT!!!!” lalu mereka meninggalkanku tanpa merasa berdosa
setelah menyakitiku seperti ini.
Ji Eun POV end
Author POV
“Min Ho ah, sebentar lagi Ji Eun pulang. Bersiap-siaplah
untuk menjemputnya” Min Ho beranjak dari duduknya dan mengecup kening Han Bi
“baiklah istriku sayang”. Seung Gi hanya menatap bingung adegan romantis appa
(ayah) dan eommanya itu “Seung Gi sayang, kenapa kau diam? Ayo mandi dan
ikutlah kami menjemput adikmu” Seug Gi mengangguk “sini eomma lepaskan pakaianmu”
***
Sepuluh menit berlalu mereka menunggu Ji Eun, tapi Yng
ditunggu tak menampakkan batang hidungnya juga “aigoo... kemana anak ini?” Han
Bi menatap jam tangannya penuh gelisah
“eo...eomma...i...itu adik...” Seung Gi menunjuk sosok Ji Eun
yang berlari menjauh dari mereka “kejar dia!” perintah Min Ho kepada istri dan
anaknya itu “Ji Eun ya! chamkkan man!”
“Ji Eun...” Han Bi mencengkeram kuat lengan putrinya itu yang
ingin melarikan diri dan terkejut melihat seragam putrinya yang kotor itu “lepaskan
aku eomma!”
“Ji Eun-ah! Wae? Mengapa kau kotor seperti ini huh?” bukannya
menjawab Ji Eun berhasil melepaskan cengkeraman eommanya itu, tetapi ia kembali
gagal untuk melarikan diri “aku ingin pergi eomma. Jadi lepaskan aku!”
“tidak akan. Asal kau tahu meski oppa mu seperti ini, tapi ia
tidak akan pernah lupa dengan wajah adiknya. Jadi, kau tidak akan bisa melarikan
diri. Ayo pulang dan jelaskan kepada eomma mengapa seragammu kotor seperti ini”
dengan sisa tenaganya yang sangat sedikit, Ji Eun tak kuasa untuk melepaskan
cengkeraman kuat eommanya. Lalu ia menatap tajam dan penuh kebencian kepada
Seung Gi. Sesampainya di rumah ia menceritakan semuanya kepada eomma, tak lupa
ia juga mengucapkan kata-kata yang cukup membuat Han Bi marah “aku membenci
Seung Gi oppa. Aku tak sudi mempunyai oppa seperti dia!”
“diam kau Ji Eun! Kau tidak pantas mengucapkan kata-kata
seperti itu kepada oppa mu ini!”
“wae? Apakah eomma tidak terima? Tapi itulah kenyataannya
eomma, aku sangat membencinya. Ia tidak bisa menjadi oppa yang baik untukku, ia
sangat berbeda dengan oppa dan eonni teman-temanku. Mereka mempunyai oppa dan
eonni yang sangat perhatian, melindungi mereka, dan bisa menjadi teman yang
baik untuk adik-adiknya. Sedangkan dia? Apakah dia bisa melakukannya untukku?
Tidak eomma, dia hanya seorang namja idiot yang selalu membuat adiknya
dipermalukan! Kau tahu, keadaanku menjadi seperti ini, ini semua karena dia
eomma...”
“cukup...”
“kenapa eomma selalu membelanya? Eomma tidak pernah sama
sekali membelaku, meskipun dia yang salah. Eomma kejam!”
PLAKKK!!!! Ji Eun memegangi pipinya yang sakit karena
tamparan keras eommanya. Rasa sakit, kecewa, sedih dan marah berkecamuk dalam
hatinya. Ia memandang tajam ke arah eomma dan oppanya secara bergantian “Ji
Eun-ah, haruskah eomma perjelas padamu? Oppamu ini memang harus selalu dijaga,
jadi eomma dan appa akan selalu membawanya kemana saja termasuk menjemputmu,
dan kau tidak boleh protes! Kau tahu kan apa yang dialami oppamu ini, eoh?” Ji
Eun terdiam. Ia membenarkan apa yang dikatakan eommanya. Yah, Seung Gi mengidap
penyakit autisme sejak ia terlahir. Untuk itulah, eomma dan appanya menunda
kelahirannya selama lima tahun untuk merawatnya secara penuh. Awalnya Ji Eun
tidak merasa keberatan mempunyai oppa seperti dirinya. Bahkan ia merasa
bahagia. Akan tetapi saat ia memasuki kelas enam SD sampai Sekolah menengah ini
mulai berbeda. Mulai banyak orang yang mencibirnya karena ia mempunyai oppa
yang culun seperti Seung Gi “aku membencimu oppa hiks...” ia meninggalkan Seung
Gi yang mematung karena kejadian tadi.
***
Author POV end
Ji Eun POV:
‘apakah kalian penasaran dengan penampilan selanjutnya?
Baiklah, akan kami tampilkan boyband terkenal dari Korea
yaitu.....TADAAA....Super Junior...’ ketika aku sedang menonton acara
favoritku, tiba-tiba satu hal yang ku benci muncul di dekatku “dongsaeng,
bolehkah aku ikut menonton televisi denganmu?” aku yang muak melihatnya
langsung menolak dengan ketus “ani! Aku tidak mau menonton bersama dirimu!
Pergilah!” bukannya dia pergi, dia justru memaksaku untuk menonton televisi
bersama dirinya “keundae...oppa...ingin...menonton...acara...ini...de...denganmu...jebal”
aku benar-benar tidak bisa lagi menahan emosiku. Benar-benar menyebalkan “aku
bilang pergi! Aku muak dengan dirimu oppa!” tiba-tiba ekspresinya berubah
menjadi sedih. Ia merasa sakit dalam hatinya karena perkataanku tadi
“kau...sepertinya...kini...sangat...membenciku. Waeyo...dongsaeng? Jelaskan...padaku”
katanya terpatah-patah.
Aku terdiam. Aku tidak mempunyai jawaban untuk pertanyaannya
itu. Aku hanya merasa hidupku berbeda dengan teman-temanku yang mempunyai
seorang oppa dan eonni yang normal dan bisa melindungi mereka. Tidak seperti
oppaku. Jangankan untuk melindungi, menjadi teman bercerita dan mencurahkan isi
hatiku pun tidak bisa. Aku merasa ia sangat mustahil untuk melakukan itu
untukku. Karena tak dapat menjawabnya, aku pun pergi meninggalkannya sendiri.
***
Ke esokkan harinya saat aku pulang sekolah...
“dong...dongsaeng...i...ini...ki...kita...bermain...bo...boneka...bersama...kau...pasti...su...suka”
dia berbicara tergagap-gagap, dan tak ketinggalan juga senyuman bodoh itu
menyertainya. Tapi ku balas dengan tatapan tajam pertanda ku menolaknya
“shireo! (aku tidak mau!). jangan lagi bermain denganku!”
“wa...waeyo?”
“karena aku malu mempunyai oppa seperti mu!” Dia terdiam
memikirkan apa yang ku katakan padanya, namun aku tak mempedulikannya.
Tiba-tiba eomma datang memasuki suasana “Ji Eun, jangan
menolaknya! Bermainlah dengannya!”
“aniyo eomma! Hiks... eomma, mengapa aku mempunyai oppa
sepertinya? Wae? Aku malu eomma, teman-temanku mengejekku karena aku mempunyai
oppa cacat, culun dan idiot seperti dirinya. Mereka juga mengatakanku bodoh dan
idiot. Aku malu eomma hiks...!” eomma geram bukan main mendengar kata-kataku
yang sangat memancing amarahnya. Ia hendak menamparku, namun oppa mencegah
tangannya untuk menyentuh pipiku
“eomma...a...aniya...jangan...pukul...dia...ka...kasihan....je...jebal!”
“kau dangat keterlaluan Ji Eun-ah! Berani-beraninya kau
mengatakan seperti itu lagi dihadapan oppa dan eomma!”
“eomma jahat hiks...” aku berlari meninggalkan mereka yang
saling berpelukan.
Ji Eun POV end
Author POV:
“eomma jahat hiks...” Ji Eun berlari ke kamarnya dan
meninggalkan eomma dan Seung Gi yang berpelukan “Seung Gi-ah, maafkan adikmu ne
hiks...dia hanya belum bisa memahami kekuranganmu ini hiks...akan tetapi
hiks...suatu saat nanti, ia akan memahami hiks...bahwa dirimu sangatlah berarti
baginya hiks...”
“hiks...mi...mianhae...eomma hiks...” suasana penuh haru
menyelimuti keluarga kecil itu. Dada Han Bi terasa sesak. Sebenarnya ia tidak
tega untuk melakukan kekerasan kepada Ji Eun, putri kesayangannya. Ia sangat
sakit karena ia telah menyakiti Ji Eun, tetapi ia juga sangat membenci dengan
perlakuan Ji Eun terhadap Seung Gi. Ia merasa sangat bersalah kepada kedua
anaknya itu.
“hiks...aniya...eomma yang salah chagi...mianhae hiks...”
***
“KYAAAAAAA.....!!!!!” semua murid disekolah ini berteriak
kencang saat Myungsoo berhasil memasukkan bola basket ke dalam ring.
Termasuk...err...Ji Eun
“oppaaaa....Myungsoo oppa hwaiting!!!!!” teriak Ji Eun. Tanpa
terasa satu jam pun berlalu, kini waktunya Myungsoo dan teman-temannya
beristirahat.
Woo Hyun teman seperjuangan Myungsoo mendekatinya yang sedang
duduk karena lelah “ya! Apakah kau lelah?” tanya Woohyun yang disambut tatapan
datar dari Myungsoo “menurutmu?”
“kekeke...aniya aku hanya bercanda, arasseo kau lelah”
“Myungsoo oppa” mereka menoleh ke asal suara, dilihatnya
seorang yeoja yang tengah memegang botol minuman “kenalkan namaku Lee Ji Eun,
aku suportermu. Arasseo kau sangat lelah, ini untukmu” Ji Eun menyodorkan
minuman itu kepada Myungsoo “lalu mana untukku? Apakah kau tidak membelikanku?”
tanya Woohyun cemberut “mianhae, tapi ini khusus untuknya”
“ck...arasseo”
Myungsoo sedikit bingung. Jujur ia merasa lelah dan haus,
akan tetapi ia tidak mengenal yeoja ini. Ia bingung haruskah ia terima ataukah
ia tolak? Ji Eun yang menyadari kebingungan Myungsoo lalu berkata “aku tidak
mencampurkan apapun dalam minuman ini, ini minuman sehat” Myungsoo mengamati
wajah yeoja itu ‘sepertinya ia yeoja baik-baik. Tak ada salahnya aku menerima
minuman ini’ ia lalu menerima minuman itu “kamsahamnida” tak lupa ia tersenyum
pada Ji Eun, Ji Eun sangat mengagumi senyuman itu. Membuatnya secara otomatis
membalas senyuman itu “ne, chonmaneyo”. Dan inilah awal dari tumbuhnya rasa
cinta pada diri Myungsoo.
Sebulan kemudian...
Myungsoo merasa heran kepada Ji Eun, ia selalu melihat Ji Eun
pulang dengan berjalan kaki “Ji Eun-ah. Kenapa kau jalan kaki? Mau kah kau ikut
denganku?”
Ji Eun menghentikan langkahnya, terkejut. Ia benar-benar
merasa berbunga-bunga dalam hatinya. Myungsoo menawarinya pulang bersama?
Apakah ia tak salah dengar?
“wae? Kenapa kau terdiam?” Myungsoo menyadarkan lamunannya
“eh...mmm....gwaenchana. Aku mau kok”
***
“Myungsoo-ah, aku turun disini saja” pinta Ji Eun.
“wae? Apakah rumahmu masih jauh?”
“aniyo...hanya berjarak 10 meter dari sini. Tapi aku ingin
turun disini saja, boleh kan?”
“geureohguna...keundae gwaenchana?”
Ji Eun mengangguk, tak lama setelah itu Myungsoo pun pergi
dari tempatnya berdiri sekarang. Ia merasa sangat lega.
Sebenarnya ia ingin sekali diantar Myungsoo sampai rumahnya.
Namun ia tahu, oppanya akan selalu menunggunya di depan rumah. Ia khawatir jika
Myungsoo tahu dia mempunyai oppa culun seperti Seung Gi, ia akan menjauh dari
dirinya.
Author POV end
Ji Eun POV:
“Ji Eun-ah” Myungsoo menatapku penuh harap “wae?”
“sebelum aku pulang, aku ingin mengatakan sesuatu padamu...”
“mwo? Katakanlah oppa” kataku tak sabar
“kau datanglah di hari specialku, seminggu lagi. Sanggupkah?”
Keningku berkerut “hari specialmu?”
“ne. Minggu depan usiaku bertambah”
“kau...berulang tahun?” aku mengangguk keras penuh semangat
“pasti...pasti oppa. Aku akan datang”
Myungsoo terkekeh melihat sikapku yang mungkin menurutnya
berlebihan “ne...aku berulang tahun”
“keunda oppa...”
“wae?”
“aku tak tahu apa yang harus aku beri untukmu” kataku
cemberut
“hahaha...tak perlu bingung seperti itu Ji Eun-ah. Apapun
yang kau beri, aku terima, walau hanya bunga di jalan”
BLUSHSHSH...seketika wajahku memerah karena kata-kata
romantisnya itu “aish oppa...kau ini kekeke...”
“kalau begitu, sampai jumpa di hari specialku ne”
“ne oppa” Myungsoo mulai menjalankan motornya dan
meninggalkanku di tempat itu. Sedangkan aku yang masih stay dengan kebingunganku,
aku mencoba menemui sahabatnya, Woohyun dan menanyakan apa yang Myungsoo sukai
***
“helm sport” ucap Woohyun
“helm sport?” tanyaku kaget
“ne, dia sangat menyukai helm itu”
‘helm sport? Bukankah itu sangat mahal harganya. Dan aku tak
tahu apa yang harus aku lakukan agar mendapatkan helm mewah itu. Apakah aku
harus berpura-pura baik terhadap si idiot Seung Gi oppa lalu aku mendapatkan
uang dari eomma karena itu? Ck...aniya, ku rasa itu tidak mungkin.
“emm...kalau begitu aku permisi. Kamsahamnida Woohyun-ah” aku
beranjak dari rumah Woohyun. Aku memikirkan apa yang harus aku lakukan
***
“waeyo...dongsaeng...a...apakah...kau...melamun?”
“oppa, apakah kau mempunyai uang?” ia tak menjawab
pertanyaanku, ia menyodorkan banyak uang monopoli kepadaku. Aku dangat geram
dibuatnya “bukan itu oppa! Jika uang seperti itu saja, aku mempunyai banyak!
Uughh! Dasar pabo!”
“u...untuk apa?” tanya dia
“kau punya atau tidak!?” tanyaku kesal. Tiba-tiba dia
menghilang ke kamarnya dan membawa toples yang berisi uang sungguhan yang
sangat banyak
“i...ini...untuk...dongsaeng...”
“jinjayo? Uwaaa...sangat banyak!” kataku terkejut. Aku tak
menyangka ia mempunyai uang sungguhan sebanyak ini
“ne, tapi...dongsaeng...harus...menemani oppa...ke
supermarket...untuk...membeli...lolipop”
“hanya itu syaratnya? Ohh...itu sangat mudah. Kajja!” kataku
sambil menggandeng tangannya ke supermarket. Dan karena itu pula, aku berhasil
membeli hadiah special untuk Myungsoo.
***
Seminggu kemudian...
“aku harus tampil sangat cantik hari ini. Aku tidak akan
mengecewakan Myungsoo, dan aku harus menjadi yang tercantik untuk hari
specialnya ini” aku bermonolog ria sambil terus melihat diriku dicermin.
“uwaaa...anak eomma sangat cantik! Kau hendak kemana chagi?”
tanya eomma
“aku hendak pergi ke pesta ulang tahun chinguku eomma”
“apakah kau yang mengambil uang dari oppamu?”
“aniya eomma, dia yang memberiku”
“geurae? Dia mengumpulkan uang sebanyak itu untuk membeli
hadiah ulang tahunmu minggu depan” seketika aku tersadar bahwa miggu depan aku
berulang tahun “geurae? Gomawo, tapi sekarang uangnya telah ku gunakan. Tak apa
kan eomma” eomma geleng-geleng kepala “ckckck...ya sudah, kau berhati-hatilah
di jalan ne”
Dengan perasaan bebas tanpa larangan eomma, aku melangkahkan
kakiku meninggalkan rumah itu dan menuju tempat Myungsoo berulang tahun. Tapi
betapa mengejutkannya, ternyata Shin Hye and the gank juga ada disana.
Benar-benar muak aku melihat mereka disini
“oh...oh,,,oh, mau apa kau kesini yeoja idiot?” ia tersenyum
penuh arti padaku “tidakkah kau membawa oppa idiotmu itu?” aku diam dan tak
menanggapinya. Ia mengeluarkan sebuah hadiah dan itu membuatku teringat bahwa
hadiah dariku tertinggal dirumah “pabo ya! Aku membawa hadiah yang sangat
special untuknya. Apakah kau membawanya? Jangan katakan bahwa kau kesini hanya
untuk menumpang makan” kata dia dengan tatapan mengejek “ak...aku membawanya,
tapi aku rasa tak perlu ku tunjukkan kepadamu” kataku menyembunyikan
kebodohanku “wow! Baguslah kalau begitu” mereka meninggalkanku. Dan seketika
aku merasa sangat bodoh ‘aiiishshsh...Lee Ji Euuuunnn!!!!! Pabo sekali dirimu
lupa tak membawa hadiah itu” aku merutuki kebodohanku. Aku bingung apa yang
harus ku lakukan. Apakah aku harus pulang kembali ke rumah dan mengambil hadiah
itu? ‘aniya! Jika begitu, aku akan melewatkan moment pemberian kue ulang tahun
dari Myunsoo dan pasti ia akan memberikannya pada Shin Hye. Aku tak rela jika
itu terjadi’ gumamku dalam hati.
Ji Eun POV end
Author POV:
“i...inikan...punya dongsaeng?” Seung Gi berinisiatif untuk
memberikan hadiah ini kepada adiknya “a...aku...harus...mengantarkannya.
di...dia bilang...katanya...temannya...berulang tahun...di kafe hijau” ia pergi
meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan eomma. Meski ia sedikit bersusah payah
mengingat jalan, tetapi akhirnya ia menemukan tempat yang ia cari. Dengan
segera, ia berlari menuju kafe itu.
Sementara disana...
“Ji Eun-ah...ini...untukmu” Myungsoo memberikan kue itu
kepada Ji Eun, yeoja yang ia cintai. Ji Eun menerimanya dengan sangat bahagia
“gomawo oppa. Keundae, mianhae, hadiahnya tertinggal” kata Ji Eun cemberut
“gwaenchana, kau bisa memberinya hari esok. Ini kue special untukmu” lalu
pandangan mereka bertemu. Saling menatap penuh perasaan, perasaan cinta dalam
hati tentunya. Dan tak lama kemudian...
“dong...dongsaeng...i...ini...hadiahnya...tadi...tertinggal...”
semua orang disana menoleh ke sumber suara. Itu adalah suara Seung Gi. Ji Eun
benar-benar tidak menyangka jika oppanya yang mengantarkan hadiah itu kepadanya.
Ia sangat terkejut.
Namun rupanya hal ini tak disia-siakan oleh Shin Hye, ia
memanfaatkan momen ini untuk mengejek Ji Eun di depan Myungsoo “uwaaa...oppa
dan dongsaeng idiot pun berkumpul hahaha...” Seung Gi yang mendengarnya sangat
tidak menerima apa yang Shin Hye katakan “kurang...ajar kau!” ia menjatuhkan
Shin Hye ke depan kue ulang tahun dan wajahnya penuh dengan krim.
Myungsoo benar-benar bingung mengapa hal ini tiba-tiba
terjadi “Ji Eun-ah, apakah itu oppamu?” tanya Myungsoo
“bukan...dia bukan oppaku” seketika Ji Eun lari meninggalkan
mereka semua yang berada di tempat ini. Rasa marah, sedih, kecewa dan malu
kembali berkumpul dalam hatinya.
Ia berlari dengan kencang sampai ia terlupa bahwa ia sedang
berlari di jalan raya. Dan tiba-tiba...
BRAKKK...!!!!
“AAAAAHHHH.....!!!!!” Ji Eun berteriak kesakitan, lalu tak
sadarkan diri. Namun ia masih bisa mendengar teriakan dar Seung Gi
“dongsaeeengngng....”.
***
Author POV end
Ji Eun POV:
Lima hari kemudian...
*eomma, nan eodiga?” tanyaku sambil merasakan mata yang sakit
“kau...berada dirumah sakit. Kau tidak sadar selama lima hari chagi hiks...”
kata eomma sesenggukkan. Dan benar saja, aku memang berada di rumah sakit. Lalu
aku teringat bahwa beberapa hari yang lalu aku mengalami sebuah insiden yang
membuatku berada dirumah sakit “lalu, oppa eodiga? Aku ingin bertemu dengannya”
Eomma berkata “oppamu dirawat di kamar sebelah”
“wae? Apa yang terjadi padanya eomma?” tanyaku khawatir
“kajja, ikut eomma dan appa” mereka membawaku ke kamar
sebelah dan aku melihat oppa yang sedang tertidur memeluk boneka yang dulu sering
untuk kami bermain bersama. Aku melihatnya dengan tatapan dan perasaan sangat
sedih. Tapi yang membuatku heran, mengapa matanya diperban?
“oppamu memberikan kedua matanya kepadamu, ketika kau
kecelakaan kemarin, kau terjatuh dan matamu rusak karena cairan raksa yang
dibawa motor itu menimpa matamu”
“mwo? Lalu, oppa tak bisa lagi melihat?” eomma mengangguk
diiringi airmatanya yang semakin turun deras membanjiri pipinya. Begitupun airmataku
yang memaksaku untuk mengeluarkan mereka dari pelupuk mataku, aku tak kuasa
untuk menahannya. Mereka membanjiri pipiku “juga terdapat pendarahan yang
terjadi setelah ia mengalami oprasi yang membuatnya kritis”
Aku meraih tangan oppa “oppa, mianhae oppa. Bangunlah hiks...bangunlah
jebal...”
Ia berkata denganku, seperti biasa, dengan terbata “dongsaeng...oppa...menyayangimu...saengil
chukahae...” itulah kata-kata terakhir yang ia ucapkan, setelah itu, aku tak
lagi mendengar suaranya, aku tak lagi meendengar deru nafasnya, aku tak lagi mendengar
detak jantungnya. Menyesal, itulah yang aku rasakan
“oppa, bangunoppa...hiks...kajima hiks...” dia pergi untuk
selamanya. Selamanya untuk tetap membuatku hidup denganhadiah kedua matanya itu
“hiks...sebenarnya eomma, appa dan uisa telah melarangnya
untuk mendonorkan matanya untukmu hiks...tapi ia bersikukuh ingin memberikan
matanya itu kepadamu. Meski kami telah memperingatkannya akan bahaya ini, tapi
dia justru marah dan berkata tak boleh ada lagi orang yang cacat seperti
dirinya hiks...ia merasa cukup ia saja yang cacat dan tidak boleh ada orang
lain di keluarganya yang cacat seperti dia hiks...” eomma menghentikan kalimatnya.
Flashback end:
Aku meerasa benar-benar bersalah, aku merasa benar-benar
berdosa kepadanya. Ternyata dibalik kecacatannya itu, ia menyimpan rasa sayang
yang sangat dalam untukku. Hanya aku yang tidak menyadarinya. Aku malah justru
selalu menyakitinya.
Dia pergi untuk selamanya. Selamanya untuk membuatku merasa tak
perlu malu untuk memiliki oppa seperti dirinya. Dia bukan hanya seorang oppa
yang bertahan atas penderitaan yang dia miliki sebagai seorang yang terlahir
cacat. Tapi dia adalah seorang manusia berhati malaikat.
Tanpa pernah merasa sakit hati oleh perlakuanku yang kasar
terhadapnya. Tak pernah merasa tersakiti oleh kalimat-kalimatku yang lebih
menusuk daripada aku yang memukulnya dengan keras.
“Oppa aku kini tersadar. Tanpa dirimu, aku tidak terlahir
untuk sempurna. Meski duniaini tidak adil untukmu, namun apapun yang kau
lakukan di dunia ini atas dasar yang kau pikirkan, kaulah oppa yang terbaik
untukku, terbaik yang ingin pernah kusampaikan kepada dunia. Gomawo oppa untuk
hadiahnya. Aku menyayangimu”
END