Tulis Text Disini

Selasa, 12 Januari 2016

Mianhae oppa (fanfiction)



Mianhae oppa

www.google.com 

Main cast:

Lee Ji Eun

Lee Seung Gi

Lee Min Ho

Kim Han Bi (Ji Eun’s mom)

Park Shin Hye

Woohyun Infinite
Myungsoo Infinite

Jung Ha Mi (OC)

Lee Eun Bi (OC)



Author POV:

Ji Eun menatap salib dan tanah itu secara bergantian. Linangan air mata penyesalan membanjiri pipi halusnya. Ia meraba tiang salib yang bertuliskan nama oppanya “oppa...mianhae hiks...” katanya sendu, penuh penyesalan “aku tahu aku yang salah. Aku tahu aku yang berdosa oppa. Mianhae hiks...seandainya saat-saat itu aku bisa bersikap lebih baik, seandainya aku bisa menyayangimu ini semua pasti tidak akan terjadi, aku menyesal oppa hiks...” kemudian ia menerawang:

Ji Eun POV:

Flash back:

Ting...tong...ting...tong...

“Ne, chamkkan manyo” kata eomma saat hendak membukakan pintunya untukku. Aku sudah tidak sabar lagi untuk memberitahu ini kepada eomma “nug...”

“eomma...” aku langsung saja memeluk eomma tanpa memberinya kesempatan untuk melanjutkan kalimatnya. Aku benar-benar dikuasai perasaan bahagia. Air mata kebahagiaan berdesakkan di pelupuk mataku dan aku tak dapat menahannya lagi “gomawo untuk dukungannya eomma” eomma menatapku kebingungan “waeyo chagi?”

“eomma apakah kau tahu? Aku diterima di sekolah itu” kembali aku dan eomma berpelukan “oh ne? chukkae! ” lalu seorang namja culun yang tak lain adalah oppa ku, Lee Seung Gi ikut tersenyum bahagia dan bertepuk tangan untukku “chu...chukkae dongsaeng. Dae...daebak” seketika senyumku pudar ‘cih, kenapa namja pabo ini tiba-tiba disini? Merusak mood ku saja’ batinku kesal. Aku memang sangat membenci oppa ku ini. Kau tahu kenapa? Karena wajah bodohnya dan penampilanku yang culun itulah yang selalu membuatku dipermalukan teman-temanku. Tapi untung saja dia tak terlalu merepotkanku karena dia bisa makan sendiri, mandi sendiri dan bermain sendiri tanpa harus aku temani. Ah, sudahlah. Aku tak ingin membahasnya lagi. Lagi pula sekarang aku bukan lagi anak sekolah dasar. Aku sekarang adalah anak sekolah menengah, aku yakin tidak akan ada lagi anak-anak yang mencibirku hanya karena aku memiliki oppa seperti dia.

Author POV:

½ tahun kemudian:

Pagi ini aku berangkat sekolah bersama appa , eomma dan ‘oppa ku’. Dan sesampainya disana...

“siapa namja itu? Ck...culun sekali hihihi...” Ha Mi tertawa mengejek

“Ha Mi, apakah kau? Dia itu oppa nya Ji Eun”

“Jinjayo Shin Hye ah? hahahaha.....”

“menjijikan” celetuk Eun Bi

Seluruh siswa dan siswi di Sekolah itu menatap Ji Eun dengan tatapan mengejek. Ji Eun masih belum mengerti kenapa mereka menatapnya seperti itu. Mereka semua mendekati Ji Eun, membuat Ji Eun semakin tidak mengerti akan sikap mereka ini. Dengan sedikit gugup, Ji Eun memberanikan diri untuk bertanya “wae? Neo huideureun mwohanya?” Shin Hye mendekati Ji Eun dan memasukkan kedua tangannya dalam saku jasnya “Ji Eun-ssi, apakah itu kakakmu, eum?”

“w...wae?” kini giliran Ha Mi dan Eun Bi yang maju “jelek sekali dia” celetuk Eun Bi kembali “pantas saja adiknya juga jelek” kemudian Ha Mi menjatuhkan tubuh Ji Eun hingga seragamnya kotor.

Semua seisi sekolah ini tertawa seakan-akan mereka sedang menonton acara komedi. Mereka semua pergi meninggalkan Ji Eun yang merasa sakit. Tak ada satu pun siswa maupun siswi yang menolongnya hingga Ji Eun harus berdiri dengan susah payah dan membersihkan seragamnya dengan tangannya sendiri. Dalam hatinya terbersit rasa benci kepada Seung Gi ‘aku membencimu oppa. Karena kau, aku menjadi seperti ini!’

TEEETTT...TEEETTT....

Bel sekolah pun berbunyi. Seluruh siswa menghentikan aktifitas-aktifitas mereka. Ji Eun masih merasa sakit akibat dorongan dari Eun Bi yang membuatnya terjatuh, sehingga ia harus berjalan dengan menahan rasa sakit dibagian belakangnya itu sampai di kelasnya.

5 menit kemudian...

Jang songsaengnim guru matematika di kelas itu menyuruh seluruh siswa siswinya untuk membuka buku pelajarannya. Ia menjelaskan panjang lebar tentang aljabar yang membuat seluruh muridnya bosan, mengantuk, bahkan ada sebagian yang tertidur “baiklah, sekarang saya ingin menguji pemahaman kalian. Saya akan menunjuk kalian satu persatu untuk mengerjakan soal ini” kalimat itu sukses membuat seluruh siswanya kembali bersemangat, tetapi juga merasa tegang “Lee Ji Eun” bagaikan mendengar suara petir yang menggelegar, Ji Eun sangat kaget ketika mendengar namanya dipanggil untuk menyelesaikan soal aljabar itu ‘hhh...kenapa harus aku?’ sesalnya dalam hati

“ayo Lee Ji Eun, apa yang kau tunggu huh? Apakah kau menunggu bel pulang berakhir baru kau akan mengerjakannya huh?”

“n...ne songsaengnim” dengan sedikit gugup ia melangkahkan kakinya menuju whiteboard. Ji Eun meyakinkan dirinya ‘aku pasti bisa’. Namun sayangnya, kenyataan berkata lain. Soal yang ia kerjakan sangat sulit, ia tidak bisa mengerjakannya ‘oh...eotteokkae?” ia lalu mengulangi jawabannya itu dan berusaha menemukan jawaban yang benar, namun sia-sia saja, ia tetap saja tak menemukan jawaban yang benar. Ia tidak tahu mengapa ini bisa terjadi padanya “eotteokkae Ji Eun-ssi, apakah kau merasa kesulitan? Kalau begitu saya tunjuk Park Shin Hye! Kerjakan soal ini!”

“ne sonsaengnim” Shin Hye dengan mantapnya maju ke depan dan mengambil spidol dari tangan Ji Eun. Ia menyunggingkan senyum smirknya kepada Ji Eun “pabo!”.

“mengerjakan soal seperti itu saja tidak bisa, dasar anak idiot sama seperti oppa nya yang idiot itu!”

“dasar keluarga idiot!” kembali Eun Bi berceletuk ria dan disambut tertawaan dari murid-murid yang lain. Ji Eun menatap mereka penuh amarah. Air matanya kembali menghiasi mata beningnya itu. Perasaan kecewa, sakit, dan marah hinggap di hatinya saat ini. Ia ingin sekali melampiaskan rasa marahnya kepada mereka. Seandainya tak ada sonsaengnim di sini, ia akan mengangkat meja dan kursi lalu melemparkannya ke arah mereka hingga mereka mengeluarkan darah dan merasa sakit karenanya. Guru Jang yang merasa iba dengan apa yang dialami Ji Eun, berusaha mendiamkan mereka semua “joyonghi haseyo! (tolong diam!). Ji Eun, kembalilah ke tempat dudukmu” dengan penuh rasa sopan Ji Eun membungkukkan badannya dan berjalan menuju tempat duduknya.

Author POVV end

Ji Eun POV:

Saat bel istirahat berbunyi, aku pun menuju kantin sendirian, tanpa seorang teman. Aku duduk disebuah bangku kantin yag berisikan 3 kursi. Aku duduk lalu memesan makanan kepada seorang ibu kantin “tolong buatkan aku semangkuk ramyeon” ia membungkuk padaku “baiklah nona”.

“ini nona” ia menyodorkan semangkuk ramyeon itu padaku “gomawo ajumma” kemudian ia meninggalkanku dan melanjutkan kegiatan memasaknya kembali. Ketika aku sedang menyantap ramyeon itu dengan nikmat, tiba-tiba...

BRAKKKK....!!!! Tiga orang yeoja yang sangat ku benci itu berdiri didepan meja ku. Semua murid menatap ke arah kami “mau apa kalian?” tanyaku penuh emosi.

“na ga! kau idiot!”

“wae? Aku sedang makan disini”

“kau dilarang makan disini” Shin Hye menatapku tajam “wae? Apakah ini meja kalian? Bukan!”

“berani sekali kau kepada kami!” Shin Hye mendorong tubuhku keras hingga aku terjatuh kesakitan “aww...appo! ” Ha Mi lalu menyiramkan ramyeon yang belum selesai ku santap itu ke tubuhku “Ha Mi ya! panas...!!!”

“panaskah?” tanya Ha Mi yang pura-pura polos “itulah yang pantas kau terima, IDIOT!!!!” lalu mereka meninggalkanku tanpa merasa berdosa setelah menyakitiku seperti ini.

Ji Eun POV end

Author POV

“Min Ho ah, sebentar lagi Ji Eun pulang. Bersiap-siaplah untuk menjemputnya” Min Ho beranjak dari duduknya dan mengecup kening Han Bi “baiklah istriku sayang”. Seung Gi hanya menatap bingung adegan romantis appa (ayah) dan eommanya itu “Seung Gi sayang, kenapa kau diam? Ayo mandi dan ikutlah kami menjemput adikmu” Seug Gi mengangguk “sini eomma lepaskan pakaianmu”

***

Sepuluh menit berlalu mereka menunggu Ji Eun, tapi Yng ditunggu tak menampakkan batang hidungnya juga “aigoo... kemana anak ini?” Han Bi menatap jam tangannya penuh gelisah

“eo...eomma...i...itu adik...” Seung Gi menunjuk sosok Ji Eun yang berlari menjauh dari mereka “kejar dia!” perintah Min Ho kepada istri dan anaknya itu “Ji Eun ya! chamkkan man!”

“Ji Eun...” Han Bi mencengkeram kuat lengan putrinya itu yang ingin melarikan diri dan terkejut melihat seragam putrinya yang kotor itu “lepaskan aku eomma!”

“Ji Eun-ah! Wae? Mengapa kau kotor seperti ini huh?” bukannya menjawab Ji Eun berhasil melepaskan cengkeraman eommanya itu, tetapi ia kembali gagal untuk melarikan diri “aku ingin pergi eomma. Jadi lepaskan aku!”

“tidak akan. Asal kau tahu meski oppa mu seperti ini, tapi ia tidak akan pernah lupa dengan wajah adiknya. Jadi, kau tidak akan bisa melarikan diri. Ayo pulang dan jelaskan kepada eomma mengapa seragammu kotor seperti ini” dengan sisa tenaganya yang sangat sedikit, Ji Eun tak kuasa untuk melepaskan cengkeraman kuat eommanya. Lalu ia menatap tajam dan penuh kebencian kepada Seung Gi. Sesampainya di rumah ia menceritakan semuanya kepada eomma, tak lupa ia juga mengucapkan kata-kata yang cukup membuat Han Bi marah “aku membenci Seung Gi oppa. Aku tak sudi mempunyai oppa seperti dia!”

“diam kau Ji Eun! Kau tidak pantas mengucapkan kata-kata seperti itu kepada oppa mu ini!”

“wae? Apakah eomma tidak terima? Tapi itulah kenyataannya eomma, aku sangat membencinya. Ia tidak bisa menjadi oppa yang baik untukku, ia sangat berbeda dengan oppa dan eonni teman-temanku. Mereka mempunyai oppa dan eonni yang sangat perhatian, melindungi mereka, dan bisa menjadi teman yang baik untuk adik-adiknya. Sedangkan dia? Apakah dia bisa melakukannya untukku? Tidak eomma, dia hanya seorang namja idiot yang selalu membuat adiknya dipermalukan! Kau tahu, keadaanku menjadi seperti ini, ini semua karena dia eomma...”

“cukup...”

“kenapa eomma selalu membelanya? Eomma tidak pernah sama sekali membelaku, meskipun dia yang salah. Eomma kejam!”

PLAKKK!!!! Ji Eun memegangi pipinya yang sakit karena tamparan keras eommanya. Rasa sakit, kecewa, sedih dan marah berkecamuk dalam hatinya. Ia memandang tajam ke arah eomma dan oppanya secara bergantian “Ji Eun-ah, haruskah eomma perjelas padamu? Oppamu ini memang harus selalu dijaga, jadi eomma dan appa akan selalu membawanya kemana saja termasuk menjemputmu, dan kau tidak boleh protes! Kau tahu kan apa yang dialami oppamu ini, eoh?” Ji Eun terdiam. Ia membenarkan apa yang dikatakan eommanya. Yah, Seung Gi mengidap penyakit autisme sejak ia terlahir. Untuk itulah, eomma dan appanya menunda kelahirannya selama lima tahun untuk merawatnya secara penuh. Awalnya Ji Eun tidak merasa keberatan mempunyai oppa seperti dirinya. Bahkan ia merasa bahagia. Akan tetapi saat ia memasuki kelas enam SD sampai Sekolah menengah ini mulai berbeda. Mulai banyak orang yang mencibirnya karena ia mempunyai oppa yang culun seperti Seung Gi “aku membencimu oppa hiks...” ia meninggalkan Seung Gi yang mematung karena kejadian tadi.

***

Author POV end

Ji Eun POV:

‘apakah kalian penasaran dengan penampilan selanjutnya? Baiklah, akan kami tampilkan boyband terkenal dari Korea yaitu.....TADAAA....Super Junior...’ ketika aku sedang menonton acara favoritku, tiba-tiba satu hal yang ku benci muncul di dekatku “dongsaeng, bolehkah aku ikut menonton televisi denganmu?” aku yang muak melihatnya langsung menolak dengan ketus “ani! Aku tidak mau menonton bersama dirimu! Pergilah!” bukannya dia pergi, dia justru memaksaku untuk menonton televisi bersama dirinya “keundae...oppa...ingin...menonton...acara...ini...de...denganmu...jebal” aku benar-benar tidak bisa lagi menahan emosiku. Benar-benar menyebalkan “aku bilang pergi! Aku muak dengan dirimu oppa!” tiba-tiba ekspresinya berubah menjadi sedih. Ia merasa sakit dalam hatinya karena perkataanku tadi “kau...sepertinya...kini...sangat...membenciku. Waeyo...dongsaeng? Jelaskan...padaku” katanya terpatah-patah.

Aku terdiam. Aku tidak mempunyai jawaban untuk pertanyaannya itu. Aku hanya merasa hidupku berbeda dengan teman-temanku yang mempunyai seorang oppa dan eonni yang normal dan bisa melindungi mereka. Tidak seperti oppaku. Jangankan untuk melindungi, menjadi teman bercerita dan mencurahkan isi hatiku pun tidak bisa. Aku merasa ia sangat mustahil untuk melakukan itu untukku. Karena tak dapat menjawabnya, aku pun pergi meninggalkannya sendiri.

***

Ke esokkan harinya saat aku pulang sekolah...

“dong...dongsaeng...i...ini...ki...kita...bermain...bo...boneka...bersama...kau...pasti...su...suka” dia berbicara tergagap-gagap, dan tak ketinggalan juga senyuman bodoh itu menyertainya. Tapi ku balas dengan tatapan tajam pertanda ku menolaknya “shireo! (aku tidak mau!). jangan lagi bermain denganku!”

“wa...waeyo?”

“karena aku malu mempunyai oppa seperti mu!” Dia terdiam memikirkan apa yang ku katakan padanya, namun aku tak mempedulikannya.

Tiba-tiba eomma datang memasuki suasana “Ji Eun, jangan menolaknya! Bermainlah dengannya!”

“aniyo eomma! Hiks... eomma, mengapa aku mempunyai oppa sepertinya? Wae? Aku malu eomma, teman-temanku mengejekku karena aku mempunyai oppa cacat, culun dan idiot seperti dirinya. Mereka juga mengatakanku bodoh dan idiot. Aku malu eomma hiks...!” eomma geram bukan main mendengar kata-kataku yang sangat memancing amarahnya. Ia hendak menamparku, namun oppa mencegah tangannya untuk menyentuh pipiku “eomma...a...aniya...jangan...pukul...dia...ka...kasihan....je...jebal!”

“kau dangat keterlaluan Ji Eun-ah! Berani-beraninya kau mengatakan seperti itu lagi dihadapan oppa dan eomma!”

“eomma jahat hiks...” aku berlari meninggalkan mereka yang saling berpelukan.

Ji Eun POV end

Author POV:

“eomma jahat hiks...” Ji Eun berlari ke kamarnya dan meninggalkan eomma dan Seung Gi yang berpelukan “Seung Gi-ah, maafkan adikmu ne hiks...dia hanya belum bisa memahami kekuranganmu ini hiks...akan tetapi hiks...suatu saat nanti, ia akan memahami hiks...bahwa dirimu sangatlah berarti baginya hiks...”

“hiks...mi...mianhae...eomma hiks...” suasana penuh haru menyelimuti keluarga kecil itu. Dada Han Bi terasa sesak. Sebenarnya ia tidak tega untuk melakukan kekerasan kepada Ji Eun, putri kesayangannya. Ia sangat sakit karena ia telah menyakiti Ji Eun, tetapi ia juga sangat membenci dengan perlakuan Ji Eun terhadap Seung Gi. Ia merasa sangat bersalah kepada kedua anaknya itu.

“hiks...aniya...eomma yang salah chagi...mianhae hiks...”

***

“KYAAAAAAA.....!!!!!” semua murid disekolah ini berteriak kencang saat Myungsoo berhasil memasukkan bola basket ke dalam ring. Termasuk...err...Ji Eun

“oppaaaa....Myungsoo oppa hwaiting!!!!!” teriak Ji Eun. Tanpa terasa satu jam pun berlalu, kini waktunya Myungsoo dan teman-temannya beristirahat.

Woo Hyun teman seperjuangan Myungsoo mendekatinya yang sedang duduk karena lelah “ya! Apakah kau lelah?” tanya Woohyun yang disambut tatapan datar dari Myungsoo “menurutmu?”

“kekeke...aniya aku hanya bercanda, arasseo kau lelah”

“Myungsoo oppa” mereka menoleh ke asal suara, dilihatnya seorang yeoja yang tengah memegang botol minuman “kenalkan namaku Lee Ji Eun, aku suportermu. Arasseo kau sangat lelah, ini untukmu” Ji Eun menyodorkan minuman itu kepada Myungsoo “lalu mana untukku? Apakah kau tidak membelikanku?” tanya Woohyun cemberut “mianhae, tapi ini khusus untuknya”

“ck...arasseo”

Myungsoo sedikit bingung. Jujur ia merasa lelah dan haus, akan tetapi ia tidak mengenal yeoja ini. Ia bingung haruskah ia terima ataukah ia tolak? Ji Eun yang menyadari kebingungan Myungsoo lalu berkata “aku tidak mencampurkan apapun dalam minuman ini, ini minuman sehat” Myungsoo mengamati wajah yeoja itu ‘sepertinya ia yeoja baik-baik. Tak ada salahnya aku menerima minuman ini’ ia lalu menerima minuman itu “kamsahamnida” tak lupa ia tersenyum pada Ji Eun, Ji Eun sangat mengagumi senyuman itu. Membuatnya secara otomatis membalas senyuman itu “ne, chonmaneyo”. Dan inilah awal dari tumbuhnya rasa cinta pada diri Myungsoo.

Sebulan kemudian...

Myungsoo merasa heran kepada Ji Eun, ia selalu melihat Ji Eun pulang dengan berjalan kaki “Ji Eun-ah. Kenapa kau jalan kaki? Mau kah kau ikut denganku?”

Ji Eun menghentikan langkahnya, terkejut. Ia benar-benar merasa berbunga-bunga dalam hatinya. Myungsoo menawarinya pulang bersama? Apakah ia tak salah dengar?

“wae? Kenapa kau terdiam?” Myungsoo menyadarkan lamunannya “eh...mmm....gwaenchana. Aku mau kok”

***

“Myungsoo-ah, aku turun disini saja” pinta Ji Eun.

“wae? Apakah rumahmu masih jauh?”

“aniyo...hanya berjarak 10 meter dari sini. Tapi aku ingin turun disini saja, boleh kan?”

“geureohguna...keundae gwaenchana?”

Ji Eun mengangguk, tak lama setelah itu Myungsoo pun pergi dari tempatnya berdiri sekarang. Ia merasa sangat lega.

Sebenarnya ia ingin sekali diantar Myungsoo sampai rumahnya. Namun ia tahu, oppanya akan selalu menunggunya di depan rumah. Ia khawatir jika Myungsoo tahu dia mempunyai oppa culun seperti Seung Gi, ia akan menjauh dari dirinya.

Author POV end

Ji Eun POV:

“Ji Eun-ah” Myungsoo menatapku penuh harap “wae?”

“sebelum aku pulang, aku ingin mengatakan sesuatu padamu...”

“mwo? Katakanlah oppa” kataku tak sabar

“kau datanglah di hari specialku, seminggu lagi. Sanggupkah?”

Keningku berkerut “hari specialmu?”

“ne. Minggu depan usiaku bertambah”

“kau...berulang tahun?” aku mengangguk keras penuh semangat “pasti...pasti oppa. Aku akan datang”

Myungsoo terkekeh melihat sikapku yang mungkin menurutnya berlebihan “ne...aku berulang tahun”

“keunda oppa...”

“wae?”

“aku tak tahu apa yang harus aku beri untukmu” kataku cemberut

“hahaha...tak perlu bingung seperti itu Ji Eun-ah. Apapun yang kau beri, aku terima, walau hanya bunga di jalan”

BLUSHSHSH...seketika wajahku memerah karena kata-kata romantisnya itu “aish oppa...kau ini kekeke...”

“kalau begitu, sampai jumpa di hari specialku ne”

“ne oppa” Myungsoo mulai menjalankan motornya dan meninggalkanku di tempat itu. Sedangkan aku yang masih stay dengan kebingunganku, aku mencoba menemui sahabatnya, Woohyun dan menanyakan apa yang Myungsoo sukai

***

“helm sport” ucap Woohyun

“helm sport?” tanyaku kaget

“ne, dia sangat menyukai helm itu”

‘helm sport? Bukankah itu sangat mahal harganya. Dan aku tak tahu apa yang harus aku lakukan agar mendapatkan helm mewah itu. Apakah aku harus berpura-pura baik terhadap si idiot Seung Gi oppa lalu aku mendapatkan uang dari eomma karena itu? Ck...aniya, ku rasa itu tidak mungkin.

“emm...kalau begitu aku permisi. Kamsahamnida Woohyun-ah” aku beranjak dari rumah Woohyun. Aku memikirkan apa yang harus aku lakukan

***

“waeyo...dongsaeng...a...apakah...kau...melamun?”

“oppa, apakah kau mempunyai uang?” ia tak menjawab pertanyaanku, ia menyodorkan banyak uang monopoli kepadaku. Aku dangat geram dibuatnya “bukan itu oppa! Jika uang seperti itu saja, aku mempunyai banyak! Uughh! Dasar pabo!”

“u...untuk apa?” tanya dia

“kau punya atau tidak!?” tanyaku kesal. Tiba-tiba dia menghilang ke kamarnya dan membawa toples yang berisi uang sungguhan yang sangat banyak

“i...ini...untuk...dongsaeng...”

“jinjayo? Uwaaa...sangat banyak!” kataku terkejut. Aku tak menyangka ia mempunyai uang sungguhan sebanyak ini

“ne, tapi...dongsaeng...harus...menemani oppa...ke supermarket...untuk...membeli...lolipop”

“hanya itu syaratnya? Ohh...itu sangat mudah. Kajja!” kataku sambil menggandeng tangannya ke supermarket. Dan karena itu pula, aku berhasil membeli hadiah special untuk Myungsoo.

***

Seminggu kemudian...

“aku harus tampil sangat cantik hari ini. Aku tidak akan mengecewakan Myungsoo, dan aku harus menjadi yang tercantik untuk hari specialnya ini” aku bermonolog ria sambil terus melihat diriku dicermin.

“uwaaa...anak eomma sangat cantik! Kau hendak kemana chagi?” tanya eomma

“aku hendak pergi ke pesta ulang tahun chinguku eomma”

“apakah kau yang mengambil uang dari oppamu?”

“aniya eomma, dia yang memberiku”

“geurae? Dia mengumpulkan uang sebanyak itu untuk membeli hadiah ulang tahunmu minggu depan” seketika aku tersadar bahwa miggu depan aku berulang tahun “geurae? Gomawo, tapi sekarang uangnya telah ku gunakan. Tak apa kan eomma” eomma geleng-geleng kepala “ckckck...ya sudah, kau berhati-hatilah di jalan ne”

Dengan perasaan bebas tanpa larangan eomma, aku melangkahkan kakiku meninggalkan rumah itu dan menuju tempat Myungsoo berulang tahun. Tapi betapa mengejutkannya, ternyata Shin Hye and the gank juga ada disana. Benar-benar muak aku melihat mereka disini

“oh...oh,,,oh, mau apa kau kesini yeoja idiot?” ia tersenyum penuh arti padaku “tidakkah kau membawa oppa idiotmu itu?” aku diam dan tak menanggapinya. Ia mengeluarkan sebuah hadiah dan itu membuatku teringat bahwa hadiah dariku tertinggal dirumah “pabo ya! Aku membawa hadiah yang sangat special untuknya. Apakah kau membawanya? Jangan katakan bahwa kau kesini hanya untuk menumpang makan” kata dia dengan tatapan mengejek “ak...aku membawanya, tapi aku rasa tak perlu ku tunjukkan kepadamu” kataku menyembunyikan kebodohanku “wow! Baguslah kalau begitu” mereka meninggalkanku. Dan seketika aku merasa sangat bodoh ‘aiiishshsh...Lee Ji Euuuunnn!!!!! Pabo sekali dirimu lupa tak membawa hadiah itu” aku merutuki kebodohanku. Aku bingung apa yang harus ku lakukan. Apakah aku harus pulang kembali ke rumah dan mengambil hadiah itu? ‘aniya! Jika begitu, aku akan melewatkan moment pemberian kue ulang tahun dari Myunsoo dan pasti ia akan memberikannya pada Shin Hye. Aku tak rela jika itu terjadi’ gumamku dalam hati.

Ji Eun POV end

Author POV:

“i...inikan...punya dongsaeng?” Seung Gi berinisiatif untuk memberikan hadiah ini kepada adiknya “a...aku...harus...mengantarkannya. di...dia bilang...katanya...temannya...berulang tahun...di kafe hijau” ia pergi meninggalkan rumah tanpa sepengetahuan eomma. Meski ia sedikit bersusah payah mengingat jalan, tetapi akhirnya ia menemukan tempat yang ia cari. Dengan segera, ia berlari menuju kafe itu.

Sementara disana...

“Ji Eun-ah...ini...untukmu” Myungsoo memberikan kue itu kepada Ji Eun, yeoja yang ia cintai. Ji Eun menerimanya dengan sangat bahagia “gomawo oppa. Keundae, mianhae, hadiahnya tertinggal” kata Ji Eun cemberut “gwaenchana, kau bisa memberinya hari esok. Ini kue special untukmu” lalu pandangan mereka bertemu. Saling menatap penuh perasaan, perasaan cinta dalam hati tentunya. Dan tak lama kemudian...

“dong...dongsaeng...i...ini...hadiahnya...tadi...tertinggal...” semua orang disana menoleh ke sumber suara. Itu adalah suara Seung Gi. Ji Eun benar-benar tidak menyangka jika oppanya yang mengantarkan hadiah itu kepadanya. Ia sangat terkejut.

Namun rupanya hal ini tak disia-siakan oleh Shin Hye, ia memanfaatkan momen ini untuk mengejek Ji Eun di depan Myungsoo “uwaaa...oppa dan dongsaeng idiot pun berkumpul hahaha...” Seung Gi yang mendengarnya sangat tidak menerima apa yang Shin Hye katakan “kurang...ajar kau!” ia menjatuhkan Shin Hye ke depan kue ulang tahun dan wajahnya penuh dengan krim.

Myungsoo benar-benar bingung mengapa hal ini tiba-tiba terjadi “Ji Eun-ah, apakah itu oppamu?” tanya Myungsoo

“bukan...dia bukan oppaku” seketika Ji Eun lari meninggalkan mereka semua yang berada di tempat ini. Rasa marah, sedih, kecewa dan malu kembali berkumpul dalam hatinya.

Ia berlari dengan kencang sampai ia terlupa bahwa ia sedang berlari di jalan raya. Dan tiba-tiba...

BRAKKK...!!!!

“AAAAAHHHH.....!!!!!” Ji Eun berteriak kesakitan, lalu tak sadarkan diri. Namun ia masih bisa mendengar teriakan dar Seung Gi “dongsaeeengngng....”.

***

Author POV end

Ji Eun POV:

Lima hari kemudian...

*eomma, nan eodiga?” tanyaku sambil merasakan mata yang sakit “kau...berada dirumah sakit. Kau tidak sadar selama lima hari chagi hiks...” kata eomma sesenggukkan. Dan benar saja, aku memang berada di rumah sakit. Lalu aku teringat bahwa beberapa hari yang lalu aku mengalami sebuah insiden yang membuatku berada dirumah sakit “lalu, oppa eodiga? Aku ingin bertemu dengannya”

Eomma berkata “oppamu dirawat di kamar sebelah”

“wae? Apa yang terjadi padanya eomma?” tanyaku khawatir

“kajja, ikut eomma dan appa” mereka membawaku ke kamar sebelah dan aku melihat oppa yang sedang tertidur memeluk boneka yang dulu sering untuk kami bermain bersama. Aku melihatnya dengan tatapan dan perasaan sangat sedih. Tapi yang membuatku heran, mengapa matanya diperban?

“oppamu memberikan kedua matanya kepadamu, ketika kau kecelakaan kemarin, kau terjatuh dan matamu rusak karena cairan raksa yang dibawa motor itu menimpa matamu”

“mwo? Lalu, oppa tak bisa lagi melihat?” eomma mengangguk diiringi airmatanya yang semakin turun deras membanjiri pipinya. Begitupun airmataku yang memaksaku untuk mengeluarkan mereka dari pelupuk mataku, aku tak kuasa untuk menahannya. Mereka membanjiri pipiku “juga terdapat pendarahan yang terjadi setelah ia mengalami oprasi yang membuatnya kritis”

Aku meraih tangan oppa “oppa, mianhae oppa. Bangunlah hiks...bangunlah jebal...”

Ia berkata denganku, seperti biasa, dengan terbata “dongsaeng...oppa...menyayangimu...saengil chukahae...” itulah kata-kata terakhir yang ia ucapkan, setelah itu, aku tak lagi mendengar suaranya, aku tak lagi meendengar deru nafasnya, aku tak lagi mendengar detak jantungnya. Menyesal, itulah yang aku rasakan

“oppa, bangunoppa...hiks...kajima hiks...” dia pergi untuk selamanya. Selamanya untuk tetap membuatku hidup denganhadiah kedua matanya itu

“hiks...sebenarnya eomma, appa dan uisa telah melarangnya untuk mendonorkan matanya untukmu hiks...tapi ia bersikukuh ingin memberikan matanya itu kepadamu. Meski kami telah memperingatkannya akan bahaya ini, tapi dia justru marah dan berkata tak boleh ada lagi orang yang cacat seperti dirinya hiks...ia merasa cukup ia saja yang cacat dan tidak boleh ada orang lain di keluarganya yang cacat seperti dia hiks...” eomma menghentikan kalimatnya.

Flashback end:

Aku meerasa benar-benar bersalah, aku merasa benar-benar berdosa kepadanya. Ternyata dibalik kecacatannya itu, ia menyimpan rasa sayang yang sangat dalam untukku. Hanya aku yang tidak menyadarinya. Aku malah justru selalu menyakitinya.

Dia pergi untuk selamanya. Selamanya untuk membuatku merasa tak perlu malu untuk memiliki oppa seperti dirinya. Dia bukan hanya seorang oppa yang bertahan atas penderitaan yang dia miliki sebagai seorang yang terlahir cacat. Tapi dia adalah seorang manusia berhati malaikat.

Tanpa pernah merasa sakit hati oleh perlakuanku yang kasar terhadapnya. Tak pernah merasa tersakiti oleh kalimat-kalimatku yang lebih menusuk daripada aku yang memukulnya dengan keras.

“Oppa aku kini tersadar. Tanpa dirimu, aku tidak terlahir untuk sempurna. Meski duniaini tidak adil untukmu, namun apapun yang kau lakukan di dunia ini atas dasar yang kau pikirkan, kaulah oppa yang terbaik untukku, terbaik yang ingin pernah kusampaikan kepada dunia. Gomawo oppa untuk hadiahnya. Aku menyayangimu”

END